Zuper_Tau.- Tidak
berlebihan untuk mengatakan bahwa Covid-19 telah menjadi peristiwa seismik
untuk pendidikan. Saat pandemi meluas, 192
pemerintah menutup sekolah mereka dalam upaya menghentikan
penyebaran virus. Pada bulan April, 1,5 miliar pelajar telah dipulangkan.
termasuk di indonesia lebih
dari 169.378 sekolah negeri dan
138.277 sekolah swasta menutup aktivitas belajar di sekoah, dan
sebanyak 45,5 juta siswa diseluruh indonesia dirumahkan, untuk anak permpuan di
negara berkembang seperti indonesia, menutup sekolah menandakan akhir dari
karir sekolah mereka sama sekali. anak perempuan terpapar eksploitasi seksual
kehamilan remaja dan pernikahan dini / serata pekerja anak dan beban tugas
rumah tangga yang lebih besar, semua ini menyebabkan menigkatnya angka putus
sekolah diindonesia, dalam papar Fore dalam konferensi video Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) dan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan
Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), merangkum laman Sahabat
Keluarga Kemendikbud, Jumat (18/9/2020), menyatakan "Pada puncak Covid-19,
192 negara menutup sekolah yang menyebabkan 1,6 miliar siswa tidak belajar
secara langsung, dan 24 juta anak di antaranya diproyeksikan putus
sekolah".
Prospek bahwa Covid-19 akan memperburuk
ketidaksetaraan pendidikan yang ada sangat suram, tetapi itu tidak bisa
dihindari. Memang, pandemi bisa menjadi titik kritis. Orang tua di
mana pun telah menyadari nilai sekolah dan menghargai kerja keras para
guru. Pemerintah telah memahami bahwa ekonomi dan masyarakat bergantung
pada pendidikan di sini dan saat ini serta untuk jangka panjang. Saya
tidak bisa mengatakan saya optimis, tapi saya melihat ke masa depan dengan
tekad untuk mengubah krisis menjadi peluang. Yang kita butuhkan adalah
mereka yang berkuasa melakukan hal yang sama.
Tidak ada komentar