Beranda
JUST IN TIME DAN LEAN SYSTEM
tulus_saktiawan
Januari 25, 2024

JUST IN TIME DAN LEAN SYSTEM

Untuk mengantisipasi terjadinya pemborosan sumber daya maka munculah gagasan mengenai Just In Time. Yaitu,dimana sebuah perusahaan hanya akan memproduksi sebuah barang dalam waktu tertentu dan saat ada permintaan barang tersebut. Just in Time dikembangkan oleh Toyota Motor Corporation tahun 1973.  Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya atau perbaikan produktivitas dengan menghilangkan berbagai pemborosan. Pengembangan yang sangat penting dalam perencanaan dan penendalian operasional saat ini adalah JIT manufacturing yang kadang disebut sebagai “produk tanpa persediaan”.

Di era yang sudah sangat modern ini persaingan juga akan semakin ketat. Untuk itulah memproduksi barang dengan mengeluarkan sedikit biaya dan meningkatkan keuntungan sangat diperlukan. Maka ada yang namanya Lean system atau produksi yang ramping. 

Oleh karena hal tersebut makalah ini dibuat, makalah ini akan membahas mengenai Just in Time dan Lean system. Harapan kami semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan lebih mengenai Just In Time dan Lean systemkepada para pembaca.

2.1 Pengertian Just in Time dan Lean System

A. Pengertian Just in Time

Just In Time merupakan filosofi pemanufakturan yang memiliki implikasi penting dalam manajemen biaya. Ide dasar Just In Time sangat sederhana, yaitu berproduksi hanya apabila ada permintaan (full system) atau dengan kata lain hanya memproduksi sesuatu yang diminta, pada saat diminta, dan hanya sebesar kuantitas yang diminta.

    Prinsip dasar Just In Time adalah peningkatan kemampuan perusahaan secara terus menerus untuk merespon perubahan dengan minimisasi pemborosan.  Menurut Henri Simamora dalam bukunya Akuntansi Manajemen, Just In Time adalah suatu keseluruhan filosofi operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas dipakai sebatas dibutuhkan.

    Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun 1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak JIT, Konsep JIT berprinsip hanya memproduksi  jenis-jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh konsumen.

Just In  Time (JIT) merupakan keseluruhan  filosofi dalam operasi manajemen dimana segenap sumber daya, termasuk bahan  baku dan suku cadang,  personalia, dan fasilitas dipakai sebatas  dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan mengurangi pemborosan.

Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu yang  berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.

Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah  segala sesuatu tidak memberi nilai tambah itulah pemborosan.

Ada 5 jenis pemborosan yang perlu diidentifikasi dalam Just In Time (JIT):

  1. Waktu pemrosesan : waktu aktual untuk menghasilkan suatu produk.
  2. Waktu pindah : waktu yang digunakan untuk memindahkan dari satu departemen ke depatemen yang lain.
  3. Waktu inspeksi : waktu yang digunakan untuk menentukan produk rusak atau mengerjakan ulang produk yang rusak tsb
  4. Waktu tunggu : waktu yang dihabiskan suatu produk karena menunggu untuk dikerjakan ketika sampai pada departemen berikutnya
  5. 5Waktu penyimpanan : waktu yang dibutuhkan suatu produk baik dalam gudang penyimpanan persedianan setengah jadi maupun setelah barang jadi sampai di gudang. 
B.  Pengertian Lean System
Lean Manufacturing atau Lean Production atau dikenal sebagai Lean, merupakan metode optimal untuk memproduksi barang melalui peniadaan waste (pemborosan) dan penerapan flow (aliran), sebagai ganti batch dan antrian. Lean adalah filosofi manajemen proses yang berasal dari Toyota Production System (TPS), yang terkenal karena menitikberatkan pada peniadaan seven waste dengan tujuan peningkatan kepuasan konsumen secara keseluruhan. Karakteristik dari lean meliputi struktur lantai produksi yang aktif melakukan pemecahan masalah dengan penerapan kaizen dan continuous improvement, serta pelaksanaan lean manufacturing melalui tingkat inventory yang rendah, manajemen kualitas yang mengutamakan tindakan preventive (pencegahan) dibandingkan tindakan corrective (perbaikan), penggunaan pekerja yang sedikit, ukuran lot yang kecil serta penerapan konsep Just in Time (JIT).

2.2 Prinsip-Prinsip Just in Time dan Lean system

A. Prinsip Just in Time
Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:

  1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk, Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).
  2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size), Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan, karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
  3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste), Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain) tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
  4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus, (Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle, delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
  5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection), Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi. Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.
  6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People), Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius dalam satu stasiun kerja tertentu.
  7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies), Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti. Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.

B. Prinsip Lean system

1. Define Value Principle
Perusahaan dalam mendefinisikan nilai suatu produk berdasarkan pada kebutuhan dan kepuasan pelanggan. Produsen menggunakan konsep QCDS (Quality, Cost, Delivery, and Service) + PME (Productivity, Motivation, and Environment) untuk menghasilkan produk barang atau jasa berkualitas superior dan penyerahan atau distribusinya tepat waktu.
  • Quality (Q), yaitu komitmen perusahaan untuk memproduksi produk barang atau jasa berkualitas tinggi secara konsisten.
  • Cost (C), yaitu perusahaan dalam memproduksi barang atau jasanya berkualitas tinggi, namun dengan biaya yang efektif.
  • Delivery (D), yaitu komitmen perusahaan untuk melakukan pengiriman tepat waktu kepada pelanggan.
  • Service (S), yaitu komitmen perusahaan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan.
2. Waste Elimination Principle
Dalam proses produksi perusahaan harus menghilangkan pemborosan dengan cara meminimalkan segala aktivitas yang tidak memberikan kontribusi dalam peningkatan nilai produk di mata pelanggan. Terdapat 8 jenis pemborosan (waste) yang perlu ditekan oleh perusahaan manufaktur, yaitu :
  • Pemborosan biaya transportasi, yaitu biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk kegiatan pengangkutan yang tidak dibutuhkan.
  • Pemborosan gerakan, penangannanya yaitu perusahaan perlu menerapkan budaya kerja 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seikatsu, Shitsuke) sehingga para pekerja tidak banyak membuang waktu untuk mencari atau bekerja yang tidak efisien dan tidak ergonomis.
  • Pemborosan kelebihan persediaan, yaitu jumlah stok atau persediaan yang berlebihan dan justru tidak berguna. Biasanya untuk mengatasinya perusahaan menggunakan konsep just in time (JIT) dalam sistem produksinya.
  • Pemborosan menunggu, yaitu terhambatnya aktivitas produksi dikarenakan menunggu barang untuk didatangkan dari supplier atau menunggu alat atau mesin yang tengah bekerja.
  • Pemborosan kelebihan produksi, yaitu jumlah produk yang dihasilkan melebihi permintaan pelanggan sehingga sisa produk tidak terserap atau terjual.
  • Pemborosan proses, yaitu penambahan tahapan proses produksi yang tidak menambah nilai produk dan bahkan malah menambah biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
  • Pemborosan defect, yaitu produksi yang menghasilkan produk cacat karena minimnya pengendalian kualitas.
  • Pemborosan keterampilan, yaitu pihak perusahaan tidak memberdayakan skill atau kemampuan stafnya secara tepat.
3. Support the Employee
Perusahaan memberdayakan seluruh karyawannya sehingga produktivitas kinerjanya meningkta. Mereka perlu diberikan pendidikan dan pelatihan untuk memahami metode lean manufacturing karena karyawanlah yang menjalankan operasional harian produksi.

2.3 Tujuan Just in Time dan Lean system

A. Tujuan strategis Just in Time
Tujuan dari adanya manajemen menggunakan dan mengembangkan konsep manajemen Just In Time dalam perusahaan dapat dirangkum atas beberapa aspek. Adapun tujuan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Meningkatkan efisiensi proses produksi, Peningkatan efisiensi dapat dilakukan terutama melalui pengurangan persediaan barang sehingga mengakibatkan pengurangan biaya persediaan, atau dengan kata lain meningkatkan perputaran modal. Biaya persediaan ini sangat tinggi, berkisar antara 20 persen–40 persen dari harga barang pertahun. Efisiensi didapat juga dengan cara mendesain pabrik sedemikian rupa sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan lebih cepat dan aman.
  2. Meningkatkan daya kompetisi, Meningkatnya efisiensi dalam proses produksi dengan sendirinya akan meningkatkan daya saing perusahaan. Hal ini dianggap salah satu tujuan yang paling penting, yaitu suatu tujuan strategis, karena peningkatan efisiensi berarti penurunan biaya dan ini memungkinkan perusahaan untuk tetap bertahan dalam persaingan pasar.
  3. Meningkatkan mutu barang, Kemitraan pembeli (perusahaan) – penjual (penyedia bahan baku)  yang dibina dan berlangsung dalam jangka panjang selalu berusaha untuk melakukan perbaikan secara terus menerus dalam hal mutu dan biaya barang. Mutu tinggi dari suku cadang atau komponen yang dipasok oleh pemasok pada gilirannya akan meningkatkan mutu barang yang diproduksi oleh perusahaan. Kemitraan penjual pembeli memungkinkan melakukan pengendalian mutu suku cadang atau komponen dengan lebih murah dan lebih handal.
  4. Mengurangi pemborosan, Pengurangan pemborosan terutama dalam bentuk barang yang terbuang, karena pada hakekatnya pemborosan adalah biaya.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara :
  • Mengeliminasi atau mengurangi persediaan
  • Meningkatkan mutu
  • Mengendalikan aktivitas supaya biaya rendah  (sehingga memungkinkan harga jual rendah dan laba meningkat)
  • Memperbaiki kinerja pengiriman.
B. Tujuan Lean system
Penerapan lean manufacturing pada suatu sistem produksi memiliki beberapa tujuan, yaitu:
  • Untuk mengurangi pemborosan (waste) di semua aspek produksi atau dalam rantai pasokan.
  • Untuk meningkatkan kualitas output (keluaran) atau produknya dan produktivitas.
  • Untuk memperpendek lead time (waktu yang dibutuhkan dalam produksi
2.4 Syarat-syarat penerapan Just in Time
Syarat-syarat diterapkannya produksi just in time sangat tergantung dari peran para pekerja itu sendiri yaitu, setiap orang yang terlibat di dalam prosesproduksi harus mempunyai prespektif yang sama untuk menerapkan produksi tepat waktu (just in time). Syarat-syaratnya yaitu :
  • Operasi produksi dijalankan atas dasar permintaan sehingga kegiatan produksi diatur secara berturut-turut.
  • Meminimalkan tenggang waktu produksi di setiap unit. Tenggang waktu produksi adalah waktu yang dibutuhkan untuk tahap awal produksi barang sampai pada saat keluarnya barang jadi (finished goods) dari lini prouksi.
  • Lini produksi diberhentikan jika terjadi cacat produk. Setiap karyawan didorong untuk meminimumkan sumber-sumber potensial penyebab masalah cacat produk tersebut.
Perbaikan-perbaikan untuk menghasilkan Just In Time
Sekilas JIT sangat sederhana, tetapi bila di oba akan ditemukan bahwa sistem ini cukup rumit dan banyak hal yang tidak dapat dimengerti sepenuhnya sampai hal ini telah coba diterapkan. Dibawah  ini  perbaikan-perbaikan yang  harus dilakukan sebelum menghasilkan suatu sistem produksi JIT:
  • Flow Manufacturing, yaitu perusahaan perlu menghilangkan tumpukan dan antrian btarang-barang yang masih work-in-process (WIP) untuk menghasilkan aliran yang lancar dalam sistem produksi. Tujuannya adalah untuk memungkinkan setiap barang yang dikerjakan mengalir melalui rantai proses dalam siklus waktu yang tepat.
  • Multi process handling, yaitu operator mesin mengerjakan secara bersamaan atau berurutan dengan barang yang sedang dikerjakan dan hal ini sesuai dengan aliran proses pembuatan barang tersebut.
  • Kanban, yaitu sebuah tanda yang mencantumkan instruksi operasi atau informasi pergerakan barang.
  • Man Power Reduction, yaitu menekan kebutuhan tenaga kerja menjadi seminimal mungkin.
  • Visual Control, yaitu menampilkan status suatu kegiatan agar setiap karyawan dapat melihatnya dan mengambil tindakan perbaikan yang sesuai. Berbagai tools manajemen visual yang dapat digunakan sebagai tanda yaitu seperti color-coding, charts, andon, papan penjadwalan, label, dan penanda di lantai.
  • Change over, yaitu perbaikan-perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan keluwesan produksi.
  • Leveling, yaitu perataan tipe atau bauran produk dalam jadwal produksi.
  • Quality Assurance, yaitu yaitu monitoring, uji-tes dan memeriksa semua proses produksi yang terlibat dalam produksi termasuk orang, barang, peralatan produksi dan metode produksi yang berguna untuk memberikan jaminan kualitas sesuai standar yang diberikan oleh perusahaan.
  • Standard Operating Procedure (SOP), yaitu aktivitas operasianal yang baku yang wajib dilakukan pegawai dalam tahapan menjalankan proses kerjanya agar tercipta alur kerja yang lancar. 
  • Jidoka (Human Automation), yaitu menghentikan proses secara otomatis saat terdapat produk cacat yang terdeteksi. Jidoka menghentikan proses secara otomatis dan segera memberi tahu pekerja. Para pekerja tersebut terlibat dalam proses otomatisasi guna menghasilkan produk berkualitas dengan mencegah cacat sehingga langkah atau tahapan proses dapat dilanjutkan.
  • Maintenance and Safety, yaitu sistem produksi JIT memperhatikan pemeliharaan dan keamanan selama proses produksi untuk mencapai jumlah atau kapasitas produksi yang tinggi.
Strategi penerapan Just in Time
 Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
1. Strategi Penerapan pembelian Just in Time. 
  • Dukungan, yaitu dari semua pihak terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pimpinan tersebut JIT tidak dapat terlaksana. 
  • Mengubah sistem, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan datang sesuai kebutuhan atau proses produksi perubahan kita.
2. Strategi penerapan Just in Time dalam sistem produksi. 
  • Penemuan sistem produksi yang tepa, yaitu dengan sistem tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyak mungkin pemborosan. 
  • Penemuan lini produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga semua kebutuhan pelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya.
2.5 Strategi Penerapan Lean system
1. Pull System Strategy (Strategi Sistem Tarik), Yaitu Sistem penarikan material saat diperlukan saja, tujuan dari Pull system ini adalah untuk meningkatkan fleksibilitas dan dapat merespon dengan cepat kebutuhan pelanggan serta menghindari pemborosan yang akan terjadi.

2. Quality Assurance Strategy (Strategi Penjaminan Kualitas), Dalam Lean Manufacturing, Kualitas adalah dibangun dalam proses produksinya. Dengan kata lain, produksi sendirilah yang harus menjamin kualitas produk itu sendiri. Beberapa Teknik dan metodologi yang dapat dipakai dalam menjamin kualitas dalam produksi diantaranya adalah Metodologi Six Sigma dan Konsep dasar Kualitas yaitu Jangan Menerima barang Reject, Jangan Membuat  Reject dan Jangan melewatkan Reject.

3. Plan Layout & Work assignment Strategy (Strategi Perencanaan Layout & Pembagian Tugas), Yaitu strategi dalam merencanakan Layout produksi agar dapat mengurangi pemborosan (waste) dalam proses serta pembagian tugas yang jelas pada masing-masing prosesnya.

4. Continous Improvement (KAIZEN) Strategy (Strategi Peningkatan yang berkesinambungan), Melakukan perbaikan dan peningkatan terhadap proses secara terus menerus dalam segala aspek seperti mengurangi pemborosan (waste), meningkatkan keselamatan kerja ataupun pengurangan biaya produksi. Kebudayaan Kaizen (Peningkatan yang berkesinambungan) ini harus diterapkan ke semua level karyawan di perusahaan.

5. Decision Making Strategy (Strategi Pengambilan Keputusan), Pengambilan Keputusan yang benar merupakan hal yang sangat penting dalam menjalankan peningkatan proses yang terus menerus. Contohnya Keputusan-keputusan dalam mengubah Layout produksi,  penggunaan peralatan kerja maupun penentuan pembagian tugas. Pengambilan keputusan yang dianjurkan dalam Lean Manufacturing adalah pengambilan keputusan secar mufakat yang artinya dapat didukung oleh semua pihak yang berkaitan dengan penerapan Lean Manufacturing dalam suatu Industri.

6. Supplier Partnering Strategy (Strategi kerjasama dengan Pemasok), Supplier atau pemasok merupakan salah satu pihak yang terpenting dalam memberikan dukungan dalam menjalankan Lean Manufacturing disebuah perusahaan seperti memberikan dukungan dalam pengiriman yang tepat waktu, menyediakan material (bahan produksi)  yang berkualitas tinggi atau bebas dari kerusakan. Supplier (pemasok) harus dianggap sebagai bagian dari perusahaan yang menerapkan Lean Manufacturing sehingga diperlukan pengembangan dan pelatihan terhadap suppliernya.

2.6 Kelebihan dan kelemahan Just in Time
Just in time sering dianggap paling efektif dan menguntungkan untuk produksi manufaktur bervolume besar dan berulang. Meskipun demikian, terdapat beberapa alasan yang menyebabkan kurang berhasilnya JIT. Berikut di bawah ini adalah kelebihan dan kekurangan JIT.

A. Kelebihan dan kelemahan Just In Time
  1. Kelebihan 
  • Proses penerapan Just in Time dinamis, Yang berarti akan berjalan terus menerus mengatasi setiap masalah yang timbul sehingga akan menghasilkan perbaikan yang berkelanjutan (Continous Improvement). 
  • Memungkinkan pengurangan lead time secara terus menerus, Dengan menghilangkan setiap hambatan yang terjadi secara terus menerus maka dengan Just in Time dapat mengurangi lead time, sehingga akan meningkatkan ketanggapan dan keluwesan produksi. Perusahaan lebih tanggap dan mampu untuk beradaptasi ketika menghadapi perubahan.
  • Memungkinkan evaluasi terhadap pemasok, Sistem Just in Time memiliki pendekatan yang berbeda tentang pengendalian kualitas bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perusahaan akan mampu melakukan monitoring terhadap kualitas kinerja pemasoknya. Pekerja tidak menggunakan waktu untuk menyortir produk baik namun digunakan untuk mencegah terproduksinya bagian yang tidak baik.
  • Memungkinkan penghematan jumlah tenaga kerja, Standar pekerjaan digunakan kriteria guna mengidentifikasi kelebihan tenaga kerja yang tidak terpakai. Standar pekerjaan merupakan hasil dari permintaan pasar dan jumlah produksi harian.
  • Mampu menghilangkan aktivitas yang tidak perlu (no added value), Perusahaan melakukan efisiensi biaya produksi, termasuk meminimalkan kerusakan mesin dan juga waktu yang diperlukan untuk perbaikan. 
  • Meminimalkan Inventory, Penurunan persediaan pada sistem produksi dapat dicapai dengan memperpendek waktu persiapan atau memperkecil besaran lot pengiriman dari pemasok. Pemendekan persiapan atau pengiriman dimungkinkan, karena adanya perbaikan teknik produksi.
        2. Kelemahan 
  • Perlu adanya kesamaan persepsi dan kesepakatan atau kontrak yang dibuat yang menyatakan bahwa produksi yang akan dijalankan menggunakan sistem JIT. Kesepakatan tersebut harus diketahui oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya baik antara pihak manajemen dan pekerja maupun antara perusahaan dengan pemasok atau konsumen. Apabila tidak terjadi kesepakatan sebelumnya, dikhawatirkan akan mengalami hal-hal berikut ini:
    • Pemasok terlambat memasok barang, maka produksi akan terhenti karena tidak memilikicadangan persediaan.
    • Antara pekerja dan manajemen tidak ada pengertian yang sama mengenai produksi just in time, maka sasaran yang telah ditetapkan tidak akan tercapai.
    • Antara perusahaan dengan pemasok terjadi keretakan, dimana masing-masing pihak melanggar ketentuan yang berlaku
  • Sistem produksi just in time menuntut para pekerja untuk bekerja lebih giat agar target tercapai. Jika diperlukan, bekerja lembur atau malam hari di luar jam kerja diperlukan agar volume produksi yang diminta pelanggan terpenuhi. 
  • Untuk mempercepat proses produksi, perusahaan membutuhkan pemasok yang tidak hanya mampu memasok bahan baku yang berkualitas, namun lokasinya dekat dengan pabrik sehingga keterlambatan pengiriman bahan baku dapat dihindari.
B. Kelebihan dan kelemahan Lean system
  1. Kelebihan
    1. Minimisasi Pemborosan - Dapat dibilang manfaat paling signifikan dari sistem, lean manufacturing dapat secara efisien meminimalkan pemborosan dalam fasilitas produksi. Karena perusahaan memiliki banyak persediaan dan pemborosan, proses ini menghilangkan persediaan yang sudah usang atau sudah tua. Seiring dengan minimisasi pemborosan, proses ini juga mengurangi biaya dalam operasi. 
    2. Hubungan Pelanggan yang Disempurnakan Alih-alih hanya berfokus pada kebutuhan semua konsumen, lean berfokus terutama pada konsumen yang loyal. Ini adalah bagaimana Anda dapat membangun hubungan yang kuat dan andal dengan pelanggan terpercaya dan menjaga aliran pendapatan tetap masuk. 
    3. Infrastruktur Lean, Infrastruktur lean berarti hanya berurusan dengan beberapa komponen: bangunan, peralatan, persediaan, peralatan, dan tenaga kerja untuk memenuhi permintaan inventaris jangka pendek. Fasilitas tidak menyia-nyiakan ruang dalam operasi dan memungkinkan fasilitas untuk sedekat mungkin dengan efisiensi produksi.
       2. Kelemahan 
    1. Kegagalan Peralatan , Lean memiliki sedikit ruang untuk kesalahan. Kegagalan peralatan atau tenaga kerja dapat menyebabkan inkonsistensi besar di dalam lean dan dapat membuat seluruh operasi tertinggal. Di fasilitas produksi massal lainnya, karyawan bisa saja pindah ke mesin lain jika ada yang keluar. Di lean, tidak banyak tempat lain bagi karyawan untuk pindah, karena segala sesuatu dalam operasi sedang digunakan. 
    2. Inkonsistensi Pengiriman , Berkaitan dengan kegagalan peralatan, kekurangan yang menjadi kelemahan dalam produksi ini memungkinkan inkonsistensi pengiriman. kekurangan lean ini dapat menghambat hubungan pelanggan, mendorong konsumen ke arah pesaing, dan membebani pendapatan Anda.







Penulis blog

Tidak ada komentar