Zuper_Tau.- Seperti yang telah kita ketahui Bersama agama islam adalah agama mayoritas di negara Indonesia, sejarah singkat masuknya islam keindonesia, banyak sumber yang mengatakan bahwa islam diindonesia disebarkan melalui jalur perdagangan, menurut sumber buku sejarah yang dimuat pada buku sekolah menyebutkan empat sumber masuknya islam ke Indonesia.
yang pertama dari arab, Berita ini diketahui dari pedagang
Arab yang melakukan aktivitas perdagangan dengan bangsa Indonesia.
Pedagang Arab Telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan Sriwijaya
(abad ke-7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah
Indonesia bagian barat termasuk Selat Malaka pada waktu itu. Pendapat
ini dikemukakan
oleh Crawfurd,Keyzer, Nieman, de Hollander, Syeh Muhammad Naquib Al- Attas
dalam bukunya yang berjudul Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu
dan mayoritas tokoh-tokoh Islam di Indonesia seperti Hamka dan
Abdullah bin Nuh.
yang kedua dari eropa, Berita ini datangnya dari
Marcopolo tahun 1292 M. Ia adalah orang yang pertama kali menginjakan
kakinya di Indonesia, ketika ia kembali dari cina menuju eropa melalui jalan
laut. Ia dapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembagkan
kepada kaisar Romawi, dari perjalannya itu ia singgah di Sumatera bagian
utara. Di daerah ini ia menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu
kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai. sejarawan yang
menganut teori ini adalah C. Snouch Hurgronye, W.F.Stutterheim,dan
Bernard H.M. Vlekke.
Yang ktiga dari Idia, Berita ini menyebutkan bahwa para
pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam
penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena disamping
berdagang mereka aktif juga mengajarkan agama dan kebudayaan Islam
kepada setiap masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang
terletak di daerah pesisisr pantai. pendukung
teori ini, diantaranya adalah Dr. Gonda, Van Ronkel, Marrison, R.A. Kern, dan
C.A.O. Van Nieuwinhuize.
Yang keempat dari cina, erita ini diketahui melalui
catatan dari Ma Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana
Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira-kira
tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang ke Indonesia.
tokoh pemikiran dan pembaruan islam di indonesia, terdapat 4 tokoh
pemikiran dan pembaharuan islam diindonesia.
yang pertama, KH Ahmad Dahlan,
mengapa KH Ahmad Dahlan dapat dikatakan sebagai tokoh pebaharuan dan pemikiran
islam di indonesia karena Ketika menetap di Mekah, di usia 15 tahun, dia
mulai berinteraksi dan tersentuh dengan pemikiran para pembaharu Islam. Sejak
itu, dia merasa perlunya gerakan pembaharuan Islam di kampung halamannya, yang
masih berbaur dengan sinkretisme dan formalisme. Mula-mula dengan mengubah arah
kiblat yang sebenarnya, kemudian mengajak memperbaiki jalan dan parit di
Kauman. Robert W Hefner, Indonesianis asal Amerika Serikat, menyebut Dahlan
merupakan sosok pembaharu Islam yang luar biasa di Indonesia, bahkan
pengaruhnya melampaui batas puncak pemikiran Muhammad Abduh dari Mesir.
yang kedua, Ahmad
Surkati, Dalam Sejarah
Islam di Nusantara (2015), Laffan menuliskan upaya Surkati
mendekati para penerus Snouck seperti D.A. Rinkes dan B.J.O. Schrieke. Surkati
mengirim surat dengan harapan mereka akan mengizinkannya memimpin persoalan
agama Islam secara damai di bawah kekuasaan Belanda (hlm. 237-238).
yang ketiga, Ahmad Hasan dikenal
sebagai ulama pembaharu. Pikiran-pikirannya sangat tajam dan kritis terutama
dalam cara memahami nash (teks) Alquran maupun hadits.
Keahliannya dalam bidang hadits, tafsir, fikih, ushul fiqih, ilmu kalam, dan
mantiq menjadikannya sebagai rujukan para penanya dan pemerhati kajian Islam.
Dia juga ulama yang produktif menulis.
yang keempat, KH Hasyim
Asy'ari ulama
Indonesia yang jadi pakar ilmu hadis pertama, di Mekah. Ilmu hadits inilah yang
kemudian menjadi spesialisasi Pesantren Tebuireng, yang kelak didirikannya di
Jombang sepulangnya dari Tanah Suci. Lewat pesantren inilah Hasyim melancarkan
pembaharuan sistem pendidikan keagamaan Islam tradisional. Dia memperkenalkan
pengetahuan umum dalam kurikulum pesantren, bahkan sejak 1926 ditambah dengan
bahasa Belanda dan sejarah Indonesia. Dalam buku Tradisi Pesantren: Studi
tentang Pandangan Hidup Kyai, Zamakhsyari Dhofier manggambarkan Hasyim
Asy’ari sebagai sosok yang menjaga tradisi pesantren.
Tidak ada komentar